GNU/Linux Memang Perlu Diajarkan Bukan Dibiarkan

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada satu pertanyaan yang mengganggu saya beberapa waktu sejak era BengkelUbuntu.org sampai akhirnya saya mengajar di Teknoplasma: bagaimana masyarakat bisa mengoperasikan GNU/Linux? Praktik yang umum saya temukan dilakukan orang-orang (komunitas pengguna GNU/Linux) di Indonesia ialah membiarkan masyarakat belajar sendiri. Singkat kata, sekarang saya percaya kalau praktik itu tidak mungkin, saya sekarang percaya GNU/Linux itu perlu diajarkan dan bukan dibiarkan. Masyarakat perlu diajari GNU/Linux mulai dasar dengan rencana dan pengerjaan yang baik, bukan dipameri semata lalu dibiarkan kesulitan.

Sembari baca, Anda bisa mengunduh GNU/Linux di sini dan LibreOffice di sini.

Komputer Itu Sulit

Bidang komputer adalah bidang yang sulit. Bagi masyarakat kebanyakan, pemerintahan, dan sektor pendidikan, tentu sulit. Komputer juga mahal, masih banyak masyarakat kita yang tidak punya. Oleh karena itu mempelajari komputer sudah merupakan hal yang sulit. Bertentangan dengan keyakinan umum, saya malah percaya sebaliknya, saya percaya kalau orang baru mengatakan Microsoft Windows mudah setelah mempelajarinya bertahun-tahun. Konsep dasar seperti filesystem (bagaimana OS mengelola informasi) dan manajemen paket (bagaimana pengguna memasang program) biasanya tidak dimengerti oleh orang. Kenapa? Singkat, karena komputer itu memang sulit.

Software Freedom Itu Penting

Hak kontrol pengguna terhadap software (disebut “software freedom“) itu penting. Tiap-tiap pengguna komputer berhak atas hak kontrol itu untuk tiap-tiap program yang beroperasi di komputernya. Tanpa hak itu, pengguna tersebut dilanggar haknya, dan ini tidak adil. Masalahnya, mayoritas software di dunia ini tidak bebas (tidak memberi penggunanya software freedom), terutama yang terpopulernya yaitu Windows, MS Office, IDM, MATLAB, dan seterusnya. Oleh karena itu memasyarakatkan GNU/Linux sebagai solusi atas Windows, Free sebagai solusi atas Nonfree Software, adalah perlu, dan sudah sepatutnya. Orang yang melakukannya berarti berbuat baik dan menolong bahkan menyelamatkan masyarakat. Tujuan kita memasyarakatkan GNU/Linux adalah menunaikan software freedom untuk semua masyarakat. Bukan “memberantas pembajakan” (sudah saya jelaskan ini propaganda yang salah). Pemasyarakatan GNU/Linux ini perlu didukung, bukan dihentikan.

GNU/Linux Memang Perlu Diajarkan

Salah apabila ada orang menyangka masyarakat awam bisa mengoperasikan Windows tanpa diajari. Salah juga apabila mereka kira GNU/Linux tidak perlu diajarkan. Anda tidak bisa mengajak orang memakai GNU/Linux tanpa mengajari mereka. Tidak akan bisa. Dengan pengalaman mengajar di Teknoplasma, saya bisa bilang, orang itu perlu sekali dikurangi materi pelajarannya sampai tersisa hanya materi terpenting yang berlaku bagi mereka. Bukan malah dibebani sebanyak mungkin materi yang mereka tidak butuhkan. Untuk ini, jelas, yang mengajarkan itu sendiri perlu pengalaman yang bagus dan banyak, dia perlu bijaksana memahami kebutuhan orang awam dan memberinya hanya yang terpenting hingga dia mandiri. Maka jelas tak ada keraguan lagi GNU/Linux memang perlu diajarkan.

Catatan: masyarakat yang belum sanggup beralih ke GNU/Linux dapat diberi LibreOffice versi Windows untuk berlatih dan merasakan Free Software di sana sebelum mereka sanggup beralih.

Apa Saja yang Penting?

Bagi masyarakat kebanyakan, yang penting pertama mereka memiliki sistem GNU/Linux yang bekerja dengan baik di komputer mereka. Jadi, pertama, OS yang free. Kedua, penting bagi mereka LibreOffice dan komunitasnya; sehingga pertukaran dokumen itu kompatibel di dalam masyarakat. Lebih terperincinya, GNU/Linux itu perlu diinstalkan untuk pengguna; bukan pengguna yang instal sendiri (pengguna Windows pun tidak menginstal sendiri OS-nya). Setelah punya OS yang free, di situlah, pengguna perlu diajari dan didukung memakai LibreOffice.

Sebetulnya dua hal itu saja yang terpenting untuk GNU/Linux desktop. Adapun yang selain itu, seperti multimedia, seperti download manager, seperti programming tools, itu nanti setelah mereka sudah mandiri atau bisa dikerjakan sambil lalu.

Otodidak? Membiarkan?

Maukah Anda mengizinkan orang awam belajar pemartisian tanpa diajari di hard disk Anda? Kalau jawaban Anda tidak, maka benarlah GNU/Linux itu memang perlu diajarkan, bukan dibiarkan.

Otodidak itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang istimewa. Mayoritas orang itu tidak otodidak. Dan tidak akan bisa. Mengasumsikan tiap-tiap orang bisa otodidak itu sama dengan membiarkan tanpa mengajari. Dan itulah yang saya lihat terjadi di komunitas kita: sering kali kita menyuruh orang belajar sendiri, karena kita anggap mereka bisa memilah-milah sendiri mana materi yang penting dan yang tidak. Output dari ini sering kalinya hancur, karena asumsi dasarnya sudah rapuh, yaitu membiarkan GNU/Linux dipelajari sendiri tanpa bimbingan. Silakan bayangkan pemartisian dilakukan oleh orang awam. Dan mereka yang ceroboh menyuruh pemula “googling setiap permasalahan” bisa ditanya dengan pertanyaan di atas. Jadi sekali lagi jelas juga kalau GNU/Linux itu tidak untuk dibiarkan, tetapi diajarkan.

Siapa yang Mau Mengajar?

Hanya orang yang menghargai pentingnya GNU/Linux dan Free Software bagi masyarakat. Kalau orang tidak menganggapnya penting, apalagi justru menganggap antara Windows dan GNU/Linux itu sama saja, itu cuma masalah pilihan, bisa dipilih yang mana saja, tidak akan mengajar. Mereka tidak akan mau mengajari orang mengoperasikan GNU/Linux dan Free Software. Tidak akan pernah, walaupun mereka mampu, walaupun mereka tahu kalau itu hak masyarakat. Lebih parah lagi yang meyakini GNU/Linux itu inferior (lebih rendah, lebih jelek) dibanding Windows; orang macam itu tidak akan mengajar. Bahkan walaupun dibayar. Dengan demikian, adalah sedikit sekali orang yang mampu dan mau mengajar GNU/Linux itu terutama di bidang desktop (bukan server). Maka jelas perlu GNU/Linux diajarkan dan perlu pengajaran itu dihargai dan didukung.

Apa yang Diajarkan?

Bisakah Anda mengajar satu materi dengan satu buku tetapi siswa-siswi Anda memegang buku lain, tiap murid beda buku? Kalau jawaban Anda tidak, maka benar perlunya standardisasi dan kebijaksanaan.

Terakhir, tentu, apa yang diajarkan? Jawabannya, demi memudahkan Anda: tidak berbeda dari Windows. Anda bisa melihat saya mempraktikkan prinsip saya ini dalam 5 ebook yang saya tulis untuk Teknoplasma. Berdasarkan pengalaman saya, inilah 5 materi dasar yang perlu diajarkan kepada tiap-tiap pengguna GNU/Linux.

Kebijaksanaan itu perlu. Tanpa itu, Anda akan ceroboh dalam memberikan materi, sebab GNU/Linux sangat jauh lebih luas dibanding Windows. Ada distro-distro, beraneka ragam, Windows tidak punya. Ada desktop environment, beraneka ragam, Windows tidak punya. Ada berbagai solusi untuk setiap satu masalah, Windows dipenuhi monopoli. Maka teguh memilihkan salah satu solusi dan tidak berganti-ganti adalah bijaksana. Tanpa itu, pembelajaran akan sulit sekali bagi pembelajarnya.

Guru GNU yang baik akan memilihkan salah satu distro bagi muridnya dan mengajarinya sampai bisa. Guru yang bijaksana tentu tidak membiarkan muridnya kebingungan memilih di antara ratusan distro, belasan desktop environment, belasan package manager, ribuan paket software, ribuan solusi berbeda. Sekali lagi, tujuan kita ialah menunaikan software freedom untuk semua masyarakat.

Jangan Biarkan

Sebagai penutup, saya ajak Anda mempelajari GNU/Linux dan LibreOffice. Buat Anda yang sudah mahir, saya ajak Anda mengajarkan software freedom, pengoperasian GNU/Linux, dan pengoperasian LibreOffice. Bila Anda mampu, ajakan juga free software yang lain untuk masyarakat. Kita tolong, kita selamatkan masyarakat dengan perangkat lunak bebas dan kita akhiri perangkat lunak tidak bebas. Jangan biarkan GNU/Linux tidak diajarkan ke masyarakat.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

Satu respons untuk “GNU/Linux Memang Perlu Diajarkan Bukan Dibiarkan

Mohon jangan gunakan emotikon: