Membuat Daftar Hadir di Kursus Online

Bismillahirrahmanirrahim.

Saat ini tiga tahun berselang saya mendirikan kursus online Teknoplasma. Ada banyak sekali hal-hal penting yang seharusnya saya catat tetapi tidak saya catat seperti bagaimana saya mulai menambah Jitsi di samping Telegram sebagai teknologi ajar. Saya sibuk dengan Teknoplasma dan merasa begitu senang mengajar sampai tidak sempat membuat catatan yang biasanya saya buat. Adapun kali ini untuk pertama kalinya saya membuat daftar hadir di kursus online. Tepatnya pada kursus G088 dengan judul Teknologi Free Software untuk Kuliah Jarak Jauh dengan teknologi daftar hadirnya yang saya pilih Etherpad. Tidak perlu perangkat lunak tidak bebas dan tidak perlu pula layanan internet yang tidak hormat privasi pengguna. Setelah saya mencari-cari alternatif Google Forms dan tidak ketemu, akhirnya saya ingat Etherpad, maka mengapa tidak pakai Etherpad saja. Jadilah daftar hadir yang mudah diisi oleh peserta kursus dan mudah dikelola oleh gurunya. Hasilnya bagus.

Kelebihan Etherpad:

  • Perangkat lunak bebas
  • Layanan online gratis, salah satunya pad.disroot.org
  • Tidak perlu pendaftaran
  • Semua orang bisa mengakses cukup pakai browser
  • Pengguna bisa menulis tulisan bersama-sama
  • Tulisan tersimpan secara otomatis
  • Tulisan bisa diunduh dalam format dokumen html, txt, maupun etherpad

Dalam catatan ini saya ikut menyebutkan bahwa saya mendapatkan siswa-siswi mulai dari Aceh dan Papua yang mereka semua semangat untuk belajar Free Software dan GNU/Linux. Hal ini membahagiakan dan sudah di luar ekspektasi saya ketika awal mendirikan Teknoplasma. Ini tidak bisa dicapai dengan cara-cara lain yang sebelumnya saya tempuh bertahun-tahun seperti menulis di blog saja atau tanya jawab forum saja. Semakin terbukti dengan yakin bahwa GNU/Linux harus diajarkan bukan dibiarkan. Semoga catatan ini bermanfaat untuk semua orang yang ingin mengajar kursus online juga. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

Beberapa Proyek Free Software yang Sangat Penting

Bismillahirrahmanirrahim.

Untuk Anda yang sudah mengerti pentingnya free software bagi pengguna komputer dan masyarakatnya, pada tahap lanjut Anda akan ingin tahu apa saja proyek-proyek free software yang sangat penting. Dengan kata lain, Anda selangkah lebih dekat kepada mengenali komunitas Anda sendiri secara utuhnya dan kemudian  berkontribusi ke proyek-proyek yang ada. Maka tulisan ini saya buat dengan memuat proyek-proyek penting dari komunitas free software agar Anda kenal. Di antara mereka jelaslah GNU dan Linux, ada juga GNOME dan LibreOffice, ada Debian dan Libreboot, dan beberapa lainnya. Ditambah lagi beberapa lainnya. Bacalah dan marilah berkontribusi.

Baca lebih lanjut

GNU/Linux Bukan untuk “Memberantas Pembajakan”

Bismillahirrahmanirrahim.

Perangkat lunak bebas dan sistem operasi GNU/Linux itu sebenarnya bukan alternatif untuk “software bajakan”. Gerakan perangkat lunak bebas dimulai dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memenangkan hak pengguna atas software atau bisa Anda bilang menghilangkan perangkat lunak tidak bebas. Bila ini hal baru bagi Anda, lanjutkan membaca. Seperti sering saya singgung juga, tidak ada yang namanya “pembajakan software” itu. Ucapan “kamu membajak software” itu pun bohong. Menuduh negara Indonesia sebagai “pelaku pembajakan software” dengan demikian juga tidak benar. Sekali lagi, sebenarnya beralih dari nonfree ke free software dan dari Windows ke GNU/Linux itu bukanlah “memberantas pembajakan” melainkan “memberantas nonfree software”. Saya sering menyampaikan itu pada kuliah online yang saya asuh misalnya di pertemuan ke-41 dan ke-57. Kendati demikian, tulisan-tulisan semacam ini memang perlu untuk terus dipublikasikan.

Di mana tidak benarnya ucapan “pembajakan software”? Tidak benarnya dimulai dari tujuannya dan kemudian pada kata-kata itu sendiri. Tujuan ucapan ini adalah propaganda perombakan moral masyarakat luas supaya memandang bahwa setiap gotong royong itu kriminal. Arti ucapan itu sendiri adalah “perampokan kapal, pembunuhan penumpang, dan perampasan harta”. Maksud ucapan ini adalah mau menukar moral membantu orang lain (aktivitas berbagi software) dengan moral menyerang kapal (aktivitas kriminal). Ucapan-ucapan lain yang termasuk ucapan ini misalnya “software original”, “counterfeit software”, “software asli”, “software palsu”, dan sekitarnya yang sumber pengucapnya pihak-pihak yang sama. Di mana pun ucapan ini diucapkan di situ mesti ada orang-orang yang merasa dihina atau dikriminalkan. Ucapan ini sesungguhnya adalah permusuhan maka hendaknya Anda tidak berpartisipasi mengucapkannya.

Penyebar ucapan propaganda ini bukanlah komunitas perangkat lunak bebas, bukan komunitas GNU/Linux, bukan juga komunitas “open source”, tetapi hanyalah pihak-pihak nonfree software. Letak kebohongannya jelas yaitu menuduh bahwa menggandakan software itu sama dengan membunuh orang lain. Faktanya, orang yang menggandakan CD software tidaklah melakukan pembunuhan. Bahkan CD yang dibuat gandaannya tidaklah hilang, melainkan bertambah 1 CD lagi yang kembar. Itu bukan “pembajakan” namanya, tetapi penggandaan. Itu bukan kriminal, tetapi itu membantu diri sendiri dan orang lain.

Software yang melarang Anda untuk membantu orang lain itu antisosial dan itulah nonfree software (perangkat lunak tidak bebas). Software macam itu melarang Anda bersolidaritas sosial (menggandakan, mengubah, meminjamkan, memperjualbelikan, dan/atau memakainya secara bersama-sama) tidak peduli Anda membayar ataupun tidak. Yang semestinya diberantas itu nonfree software sehingga orang stop memakainya. Yang harus dihentikan itu nonfree sofware sehingga orang tidak jatuh dalam pelanggaran janji. Itu yang harus Anda stop, bukan aktivitas gotong royongnya. Dengan menghilangkan nonfree software maka Anda menyelesaikan semua masalah yang saya sebutkan di atas. Maka sebarkanlah free software dan ajak orang memakai free software saja. Edukasilah orang untuk tidak menerima perangkat lunak tidak bebas. Jangan mundurkan edukasi dengan menyebut gotong royong “pembajakan”.

Ucapan “pembajakan software” itu memberantas GNU/Linux dan Free Software. Pernahkah Anda mendengar ini? Saudara sekalian, seperti berulang kali saya sebutkan di kuliah online, ucapan propaganda ini tujuannya dan hasilnya itu memberantas GNU/Linux yang sedang Anda promosikan itu. Itu kontradiksi bagi Anda yang mempromosikan GNU/Linux. Mempromosikan propaganda ini sama dengan mengajari orang agar menolak solidaritas sosial (saling berbagi software) dan merendahkan solusi free software (hanya menaruhnya sebagai “alternatif” nomor dua belaka). Masalah Anda bukannya selesai, tetapi makin banyak. Maka tinggalkan propaganda ini dan sebutkan terang-terangan bahwa tidak seperti nonfree software, free software menunaikan hak pengguna dan hak masyarakatnya.

Kata-kata singkat yang bisa Anda pergunakan untuk menyebarkan perangkat lunak bebas itu seperti berikut:

  • yang menjadi masalah bukan aktivitas berbagi software, tetapi software yang mencegah manusia berbagi software
  • tidak seperti Windows dan nonfree software, GNU/Linux dan free software menunaikan hak pengguna dan hak masyarakatnya
  • nonfree software itu dikendalikan sepenuhnya oleh pengembangnya dan bukan oleh pengguna; sebaliknya, free software (di komputernya pengguna) dikendalikan sepenuhnya oleh pengguna dan bukan oleh pengembangnya; nonfree software tidak adil, free software adil
  • dulu kami katakan “tinggalkan software bajakan”, sekarang kami katakan “tinggalkan software yang tidak bebas”
  • dulu kami katakan “gunakan free software kalau kamu miskin, nonfree software kalau kamu kaya”, sekarang kami katakan “gunakan free software, tinggalkan nonfree software, ini bukan masalah harga tetapi hak pengguna”

Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

Melihat Masalah Hardware Lebih Jelas dari Kasus NVIDIA

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembeli NVIDIA GeForce itu adalah korban. Ketika mereka memakai sistem operasi GNU/Linux, barulah mereka merasakan sakitnya, hanya saja mereka belum paham. Masalah apakah ini? Inilah masalah hardware yang tidak menunaikan hak penggunanya, yaitu tidak menyerahkan kode sumber dari firmware dan drivernya, sehingga pengguna rugi. Kebanyakan pengguna NVIDIA salah paham sehingga menyerang para pengembang GNU/Linux (termasuk pengembang X11, Nouveau, sampai Sway sekalipun) karena mereka kira yang menzalimi itu para pengembang GNU/Linux tersebut. Mereka menilai dengan cara menilai mereka yang belum berdasarkan bukti bahwa pengembang GNU/Linux tidak menunaikan hak mereka untuk menjalankan hardware (NVIDIA itu tadi). Saudara sekalian, ini salah paham, yang tidak menunaikan hak pengguna itu bukan para pengembang GNU/Linux, tetapi pihak NVIDIA. Bila Anda menuntut, Anda harus menuntut NVIDIA, sebab NVIDIA yang tidak menunaikan hak Anda dan bukan pengembang GNU/Linux. Anda membeli hardware itu dari NVIDIA, bukan dari pengembang GNU/Linux, maka tanggung jawabnya ada di NVIDIA bukan di GNU/Linux. Teruskanlah membaca sampai akhir tulisan ini.

Dituduh Secara Batil Itu Tidak Enak

Saya bisa memberi Anda contoh dari seorang pengembang Sway (program komputer) yang merasa dizalimi oleh para pengguna NVIDIA yang dengan keras menuntut dirinya menunaikan hak yang bukan tanggung jawab dia. Tuntutan ini salah alamat. Dia mengungkapkan keberatan yang sangat keras atas tuntutan itu bahkan dia mengutuk NVIDIA di dalam tulisannya. URL tulisannya pun sudah mengungkapkan kutukan tersebut.

Kenapa? Kenapa seperti itu?

Karena dituduh secara batil itu tidak enak. Anda semua dan saya juga tidak mau dituduh secara batil. Tuduhannya seperti tadi, si pengembang Sway ini dituduh secara salah yaitu tidak menunaikan hak-hak pengguna NVIDIA. Para pembeli NVIDIA tersebut memaksa si pengembang Sway bekerja keras untuk mereka, tanpa memberinya uang sepeser pun (padahal dia berhak menerimanya), tapi penuntut itu memberi NVIDIA uang yang banyak sekali dengan membeli produknya (yang melanggar hak mereka). Jelas saja dia marah sekali dituduh seperti itu dalam keadaan dia salah satu orang yang paling getol berupaya membantu para pengguna NVIDIA di seluruh dunia dan Sway yang dia buat adalah bukti nyatanya. Tentu Anda dan saya juga tidak mau dituduh bersalah apalagi dituntut untuk barang yang kita tidak menjualnya bahkan kita tidak pernah kenal para pembeli tersebut.

Bagaimana orang bisa salah tuduh?

Jawabannya ada di dalam kutukan si pengembang Sway itu. Dialah orang yang paling tahu bahwa pelaku kejahatannya itu pihak NVIDIA. Seharusnya, NVIDIA menunaikan hak-hak pembeli kartu vga-nya dengan memberi mereka kode sumber lengkap dari firmware dan drivernya. Sepatutnya, dan mereka benar-benar mampu, NVIDIA bekerja sama dengan pihak pengembang kernel Linux, X11, Mesa, dan juga Sway, sebagaimana Intel* dan AMD* juga bekerja sama. Karena NVIDIA tidak melakukannya bahkan bersikeras menentang itu semua sejak dulu sampai sekarang, akhirnya para pembeli vga yang tidak tahu apa-apa tidak bisa menemukan siapa yang salah ketika VGA mereka tidak berfungsi. Yang paling dekat yang bisa mereka salahkan ialah pengembang GNU/Linux. Kebanyakan orang memang dengan entengnya menyalahkan pihak GNU/Linux dalam masalah ini padahal seharusnya NVIDIA yang disalahkan. Demikian terjadinya salah tuduh.

Dari satu korban ke korban yang lain

Anda sudah lihat tulisan si pengembang Sway di atas? Apa itu? Itulah kutukan seseorang yang menjadi korban. Korban yang satu ini adalah akibat dari adanya korban pertama, yaitu para pembeli NVIDIA. Asal muasalnya adalah dari kesalahan pihak NVIDIA yang mem-proprietary-kan (me-nonfree-kan) firmware dan driver-nya. Kalau memang vga itu sudah dibeli oleh pembeli ya sudah seharusnya Anda tunaikan seluruh softwarenya, wahai NVIDIA. Perbuatan Anda telah menjatuhkan para pembeli Anda sebagai korban, yang mereka putus asa, kemudian mereka menjatuhkan pihak lain yang tidak bersalah (seperti pengembang GNU/Linux dan Sway) sebagai korban berikutnya. Saya harap semua orang waspada terhadap NVIDIA mulai hari ini juga.

Tahukah Anda tentang hardware?

Saya hendak membantu para pengguna NVIDIA untuk mencermati masalah ini dengan benar dan tenang sehingga tercapai solusi. Saya juga ingin membantu semua orang yang jujur ingin menggunakan Free Software dan GNU/Linux untuk menemukan hardware terbaik yang menunaikan hak penggunanya. Untuk itu, kita semuanya harus tahu hal-hal mendasar tentang hardware.

  • Ada yang namanya hardware, ada yang namanya sistem operasi (OS), ada firmware, dan ada driver.
  • Ada pabrik hardware (yang menjual), ada pembeli hardware (Anda, pembeli), ada pengembang sistem operasi (misalnya pengembang GNU/Linux).
  • Contoh hardware itu di antaranya video graphic adapter (VGA), wireless lan (WLAN), printer, dan scanner.
  • Hardware diperoleh dengan cara dibeli dari pabriknya.
  • Hardware berfungsi pada komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi.
  • Tiap-tiap hardware tidak bisa beroperasi tanpa firmware dan driver.
  • Tiap-tiap pabrik hardware seharusnya menyerahkan hardware disertai firmware dan driver pada setiap pembeli.
  • Hardware yang kurang salah satu firmwarenya atau drivernya tidak bisa dikendalikan oleh sistem operasi alias tidak berfungsi.
  • Kenyataannya: mayoritas hardware di muka bumi hanya dijual hardware-nya, tetapi firmware dan/atau drivernya tidak diserahkan kepada pembeli.

Tahukah Anda tentang firmware dan driver?

Driver doang tidak cukup. Untuk bisa berfungsi, VGA juga perlu firmware. Demikian juga semua hardware lainnya. Jangan tertipu dengan promosi “driver kami sudah free software” karena Anda harus pastikan firmware-nya juga free software. Keduanya adalah hak pengguna. Secara garis besar dapat Anda pahami driver itu software yang beroperasi di dalam OS, sedangkan firmware beroperasi di dalam hardware.

Faktanya, memang, banyak vendor hardware memberi penggunanya firmware maupun driver tetapi dalam bentuk blob dan binary code. Bentuk source code tidak pernah diberikan ke pengguna. Anda bisa temukan blobs dan binaries itu di repositori ‘nonfree’ milik Debian, di repositori ‘restricted’ milik Ubuntu, di ‘AUR’ milik Arch, di ‘non-oss’ milik openSUSE, dan di lain-lain. Apakah ini menunaikan hak pengguna? Apakah dengan ini masalah selesai? Pertama, terhadap proyek-proyek distro tersebut kita berprasangka baik karena mereka sudah berupaya menolong kita semua. Hanya saja, faktanya juga, ini tidak menyelesaikan masalah (tidak menunaikan hak Anda) dan membikin masalah baru (karena software macam itu tetap tidak bisa diubah dan dilarang dipelajari). Kebanyakan hardware tetap tidak berfungsi dan cacat dengan blobs dan binaries tersebut.

Apa yang seharusnya terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi?

Yang seharusnya terjadi: Anda beli NVIDIA GeForce maka pihak NVIDIA memberi Anda kode sumber firmware dan driver yang bebas bagi Anda. Maka vga itu berfungsi di GNU/Linux secara sempurna.

Yang sesungguhnya terjadi: Anda beli NVIDIA GeFore tetapi pihak NVIDIA tidak memberi Anda kode sumber firmware dan tidak pula kode sumber driver untuk Anda. Maka vga itu gagal fungsi di GNU/Linux.

Lihat bedanya. Seharusnya jelas sekarang yang tidak bertanggung jawab di sini adalah pihak NVIDIA. Maka pihak GNU/Linux tidak ada hubungannya sama sekali jadi tidak bisa kita salahkan, Saudara-saudara.

Bagaimana contoh cacatnya?

Langsung saja Anda lihat sendiri:

  • Daya baterai laptop cepat habis
  • Penampilan layar monitor buruk atau tidak sesuai yang seharusnya
  • Screen tearing, glitch, atau apalah istilahnya yang seharusnya tidak terjadi
  • X11, Wayland, Sway, atau program apalah itu menjadi tidak berfungsi padahal seharusnya berfungsi
  • Pengguna tidak bisa mengendalikan fitur dari VGA yang sudah dibelinya sendiri, seperti, nyala kipas dan kecepatan prosesnya padahal seharusnya bisa

Sebabnya hanya satu yaitu karena si NVIDIA belum menunaikan hak si pembeli vga tersebut. Tidak ada hubungannya dengan GNU/Linux sebab segala hardware bisa beroperasi di GNU/Linux dengan syarat ada firmware dan ada drivernya.

Kerja Sama

Yang dimaksud kerja sama adalah kerja sama antara pihak pembuat hardware (seperti NVIDIA) dengan pihak pengembang software (seperti proyek GNU/Linux, proyek X11, dan proyek Mesa, dan juga Sway). Pada dunia software, yang namanya kerja sama itu unik sekali. Lebih mudah daripada di dunia nyata. Yaitu bisa dilakukan dengan cara-cara berikut:

  • NVIDIA membuka seluruh spesifikasi hardware yang dibutuhkan oleh tiap-tiap pengembang software
  • NVIDIA ikut mengembangkan software yang disebutkan di atas (Intel dan AMD sudah melakukan itu*)
  • NVIDIA memberi izin dan tidak mencegah pihak lain untuk membuat software yang berkaitan dengan produk hardwarenya (Intel dan AMD melakukan itu*)

Yang jadi masalah NVIDIA tidak melakukannya sama sekali. Maka walaupun Anda beli semua vga NVIDIA sekalipun, semuanya adalah cacat, karena Anda tidak diberi hak Anda dan juga Anda dilarang bahkan dicegah untuk membuatnya sendiri. Lihatlah artikel si pengembang Sway di atas. Itulah sebabnya saya sebut di kalimat pertama “Pengguna NVIDIA adalah korban”.

Pelajaran yang dipetik

Pelajarannya sama seperti peribahasa komunitas free software: bahwa tiap-tiap software yang dipublikasikan seharusnya bebas. Bila tidak bebas, maka software itu menzalimi penggunanya. Lihatlah kasus di atas. Persis itu dengan peribahasa ini.

Pelajaran berikutnya adalah Anda harus waspada mayoritas hardware di bumi ini tidak menunaikan hak penggunanya. Mayoritas hardware tidak memberi Anda firmware dan driver yang seharusnya Anda terima. Itu kecurangan besar yang merugikan Anda penggunanya. Bayangkan saja Anda beli sepeda motor, tetapi tidak menerima kuncinya dan tidak boleh membuatnya sendiri, ya itu sepeda motor tidak berfungsi, tentu Anda marah. Sama juga hardware, Anda terima barangnya saja, tapi “kuncinya” yaitu kode sumber dari firmware dan driver tidak, ya hardware Anda tidak bekerja. Pahami ini baik-baik dan selalu waspada.

Jangan menganggap hardware yang menunaikan hak pengguna itu sama dengan hardware yang tidak. Tidak sama hardware yang menzalimi pengguna dengan yang adil.

Mencari hardware yang bebas

Kabar gembiranya, ada hardware yang menunaikan hak penggunanya. Hardware yang bebas di sini maksudnya bebas dari nonfree software dan 100% kompatibel dengan sistem operasi free software. Hardware yang bebas tidak seperti NVIDIA, dia bisa beroperasi sempurna pada GNU/Linux bahkan tanpa instal program tambahan. Jangan merasa kaget. Anda sendiri punya hardware semacam itu yang namanya USB Flash Disk. Itu contoh hardware yang bebas karena firmware dan hardware sudah ditunaikan untuk Anda. Bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan VGA, WLAN, printer, scanner, dan lainnya? Kabar gembira untuk Anda, sekarang kita bisa mencari informasi hardware yang bebas di https://h-node.org. Sebelum beli hardware, cari dulu di h-node agar Anda tidak ditipu.

Contoh hardware yang dijamin menunaikan hak pengguna

Sudah ada sertifikasi yang menjamin laptop dan hardware tertentu sepenuhnya menunaikan hak pengguna. Sertifikasi itu namanya Respects Your Freedom (RYF) yang diasuh oleh Free Software Foundation (FSF). FSF adalah organisasi yang mengasuh h-node.org di atas. Di antara laptop yang telah disertifikasi sebagai RYF adalah Lenovo ThinkPad X200 yang dijual oleh toko Technoethical, Minifree, Vikings, dan Libiquity. Di antara WLAN yang disertifikasi RYF adalah TPE-N150USB dari ThinkPenguin. Semua ini terjamin 100% beroperasi di GNU/Linux dengan free software dan tidak akan menyeret Anda kepada nonfree software. Inilah hardware paling baik di dunia saat ini yang bisa saya rekomendasikan untuk semua orang.

Solusi untuk kita semua

  • Pertama, bersabarlah dengan hardware yang telah Anda punyai sekarang dengan GNU/Linux dan free software yang ada.
  • Kedua, selalu waspada dan pastikan informasi yang benar setiap hendak membeli laptop baru atau hardware baru. Jangan terpaku pada spesifikasi teknis saja, lebih perlu diperhatikan hak Anda itu ditunaikan apa tidak.
  • Ketiga, berpikirlah dengan tenang dan jangan mudah menuntut pihak lain di bidang komputer apalagi yang tidak bersalah.

Catatan

Kendati saya menyebutkan Intel* dan AMD* di atas, perlu diketahui, saya menyebutkan demikian berdasarkan artikel pengembang Sway tersebut. Di luar itu, sebenarnya Intel dan AMD tidak kalah bermasalahnya dengan NVIDIA dalam perkara hardware. Lihatlah kecaman dan peringatan di situs Libreboot Project. Tidak kalah bermasalah lagi Broadcom yang juga dikutuk dalam tulisan dia dan pernah saya singgung berulang kali di Restava ini. Saudara sekalian, saya harap Anda bisa lebih menghargai pentingnya sertifikasi RYF dan proyek-proyek semisalnya. Saya harap Anda lebih menghargai pentingnya https://h-node.org dan hardware yang bebas bagi para pembelinya.

Ayo bantu saya sadarkan teman Anda

Bantulah saya memahamkan perkara ini kepada teman-teman Anda. Kita perlu memberikan pengertian agar informasi yang mereka terima itu benar dan keputusan yang diambil tidak salah alamat. Jangan sampai ada salah tuduh lagi. Jangan sampai ada korban lagi. Bila Anda pengguna NVIDIA, di antara hal yang bisa Anda lakukan sebagai pembeli tentu menulis surat ke NVIDIA untuk meminta hak Anda. Itu hak Anda dan hanya NVIDIA yang punya tanggung jawab menunaikannya. Kami komunitas GNU/Linux tidak bertanggung jawab atasnya. Tolong bantu saya sebarkan kesadaran ini ke orang lain. Terima kasih.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

Mengunduh Fedora Silverblue

Bismillahirrahmanirrahim.

https://torrent.fedoraproject.org

https://torrent.fedoraproject.org/torrents/Fedora-Silverblue-ostree-x86_64-29.torrent

Akhir-akhir ini saya tertarik dengan “OSTree” dan ingin tahu distro GNU/Linux yang memakainya. Ternyata, distro yang paling maju dalam penerapan OSTree ini adalah Fedora Silverblue (varian Silverblue dari distro Fedora). Kalau Anda baca situsnya, Anda akan berhadapan dengan istilah asing seperti “OSTree”, “immutable”, “Flatpak”, “tanpa manajer paket”, dan seterusnya. Sederhana saja: Silverblue itu distro GNU/Linux yang dipisahkan antara ruang sistemnya (tak bisa diubah/”immutable”) dan ruang aplikasinya (bisa diubah). Untuk membuat pemisahan itu maka teknologi yang bernama “OSTree” tadi dipakai. Mengenai hal-hal lain seperti “rpm-ostree” dan selanjutnya tidak saya bahas di sini.

Distro-distro lainnya tidak seperti ini dan belum mengarah ke sini* sama sekali. Tujuannya, nanti, kita memutakhirkan segala macam aplikasi maupun sistem itu secara aman dan tidak seperti pada distro normalnya: setiap upgrade bisa di-undo (dikembalikan seperti semula) dan rusaknya aplikasi tidak akan pernah merusak sistem (sebab sudah dipisah ruangnya). Menarik, bukan?

Lalu apa hubungannya dengan “tanpa manajer paket”? Hubungannya dekat. Bandingkan saja dengan Ubuntu yang menginstal aplikasinya pakai manajer paket “APT”, Fedora original pakai “DNF”, CentOS pakai “YUM”, dan seterusnya. Normalnya, setiap distro punya manajer paket dan software diantarkan ke pengguna secara terpaketkan (yaitu memakai aturan manajer paket). Fedora Silverblue tidak begitu. Silverblue hanya memakai Flatpak: metode distribusi software modern yang berlaku untuk segala distro.

Jadi singkatnya, Fedora Silverblue ini sebuah GNU/Linux dengan sistem berkas OSTree dan manajemen software Flatpak. Tentu ini menarik sekali untuk dicoba.

(*) Pada saat yang sama, sebenarnya ada distro lain dengan kombinasi OSTree + Flatpak yang bernama EndlessOS. Perbedaannya ialah antara Separuh-OSTree dengan Sepenuhnya-OSTree (Silverblue dan EndlessOS, berurutan).

Mematuhi Lisensi Nonfree Software Itu Antisosial

Bismillahirrahmanirrahim.

Banyak orang tidak tahu bahwa menepati perjanjian proprietary software itu juga salah, sama salahnya dengan melanggar perjanjian tersebut. Perhatikan baik-baik, melanggar perjanjiannya berarti mengkhianati satu orang, dan itu salah; akan tetapi mematuhi perjanjiannya berarti mengkhianati lebih banyak orang dan itu juga salah. Jangan dikira kebalikan dari melanggar lisensi proprietary software berarti benar, karena, inti lisensi proprietary software itu antisosial. Saya selalu menjelaskan perkara ini dalam banyak kesempatan di sekolah online Teknoplasma dan selalu saya ulangi kembali di beberapa tulisan saya agar semua orang tahu. Semoga dengan tulisan ini saudara-saudara yang masih belum mengerti menjadi mengerti bahwa mematuhi lisensi nonfree software itu sesuatu yang tidak bisa diterima.

Memilih antara Melanggar Janji atau Menolak Semua Orang

Orang-orang yang sudah mengetahui bahwa melanggar perjanjian itu salah telah mengetahui dengan benar. Ya, melanggar janji itu salah. Akan tetapi, berhenti di situ saja kurang, sebab harus Anda bedakan nonfree software dan free software, jangan dipersamakan karena keduanya berbeda. Nonfree itu antisosial, sedangkan free software menunaikan hak pengguna dan masyarakatnya. Maka Anda perlu menganalisis apa inti perjanjiannya dan apa akibat dari mematuhi perjanjian itu, jangan cuma pelanggaran janjinya. Bila Anda sudah bisa mengatakan pelanggaran perjanjian itu salah, maka Anda akan bisa mengatakan penepatan perjanjiannya juga salah, dengan syarat Anda tahu hakikat lisensinya. Baca terus.

Contoh Kasus

Ada banyak orang beralasan memakai Microsoft Office yang dilanggar perjanjiannya (dengan cara menyalin dari orang lain, atau minta diubahkan batasannya) itu salah karena itu melanggar perjanjian yang telah disepakati pengguna itu sendiri. Alasan ini benar. Ya, melanggar perjanjian itu salah. Sekolah dan semua bentuk pendidikan tidak boleh mengajarkan perbuatan ini.

Namun masalah muncul ketika orang yang sama beralasan untuk kasus sebaliknya. Mereka beralasan memakai Microsoft Office, WPS, Photoshop, CorelDRAW, itu tidak salah asalkan pengguna mematuhi perjanjiannya. Alasan ini tidak benar, alasan ini tidak bisa diterima sebab mematuhi perjanjiannya itu juga salah karena nonfree software itu antisosial. Anda hanya bisa mengatakan tidak salah seperti itu jika software itu free. Sekolah dan semua bentuk pendidikan seharusnya tidak boleh juga mengajarkan perbuatan ini.

Tampak pada dua kasus di atas orang yang beralasan seperti itu tidak tahu bedanya nonfree dan free software. Orang tersebut mempersamakan software yang melarang berbagi dengan yang mengizinkan berbagi. Seperti melihat gunung sebagai lembah dan melihat lembah sebagai gunung.

Lisensi

Tahukah Anda lisensi nonfree software? Lisensi, surat kontrak atau surat perjanjian, adalah surat izin yang dikeluarkan oleh pengembang software kepada pengguna software. Tiap-tiap pengguna nonfree software normalnya sudah menandatangani surat itu secara otomatis ketika memasangnya atau menerima komputer berisinya. Nonfree software berarti tidak bebas, atau proprietary, bukan berarti tidak gratis (“berbayar”). Jangan artikan nonfree software itu tidak gratis, tetapi artikan yang benar tidak bebas. Disebut tidak bebas karena sungguh penggunanya tidak bebas, keputusan pengguna dikekang oleh pengembang. Lisensi seperti lisensinya Microsoft Windows mempersyaratkan pengguna untuk tidak berbagi dan tidak mengubah programnya, dua hak mendasar yang menjadi basis aktivitas sosial bermasyarakat bagi setiap orang.

Hakikat Lisensi Nonfree Software

Sebelum melihat perbandingan dua kemungkinan, Anda harus lihat apa inti lisensi nonfree software. Inti dari tiap-tiap lisensi nonfree software itu ucapan janji pengguna yang antisosial: “saya berjanji tidak akan menolong orang lain semuanya demi memperoleh software untuk diri saya sendiri“. Konsekuensi perjanjian ini Anda harus mengatakan “tidak, saya sudah berjanji tidak membantu kamu” ke semua orang yang minta salinan program atau minta versi perubahan program dari Anda (dan kebalikannya, Anda juga tidak boleh minta dari orang lain) padahal Anda sanggup menolongnya. Dengan perjanjian nonfree software, Anda berjanji untuk tidak menolong tetangga, keluarga, saudara, teman, suami atau istri, pelanggan, atasan dan bawahan, guru dan murid, masyarakat dan pemerintah, negara dan bangsa, semua orang kecuali pengembangnya saja. Ini antisosial. Software yang menghentikan Anda dari berbagi adalah antisosial, anti-masyarakat. Ini yang banyak orang tidak tahu dan sering kalinya disebabkan karena tidak mengetahui apa sebenarnya inti lisensi-lisensi tersebut. Kebanyakan mereka hanya berasumsi yang tidak benar yaitu menganggap nonfree itu free software.

Membandingkan Dua Kemungkinan

Sekarang karena Anda sudah tahu apa inti lisensi nonfree software, maka Anda bandingkan dua kemungkinan perilaku pengguna yaitu melanggarnya dan mematuhinya. Akan tampak kebenarannya sebagai berikut:

  • Melanggar perjanjiannya = Anda berbagi software = Anda mengkhianati satu orang yaitu pengembangnya saja = mengkhianati satu orang itu salah
  • Mematuhi perjanjiannya = Anda menolak berbagi = Anda mengkhianati lebih banyak orang yaitu semua orang selain pengembangnya = mengkhianati lebih dari satu orang juga salah

Lihat. Jelas sudah bahwa melanggar perjanjiannya salah, mematuhinya juga salah. Bahkan, Anda bisa melihat lebih jelas bahwa mematuhinya justru lebih besar salahnya karena lebih banyak orang yang disakiti dengannya.

Mengapa Masyarakat Memilih Melanggar?

Sering muncul pertanyaan yang berbunyi “mengapa mayoritas orang memilih untuk melanggar lisensi software?”. Tanpa Anda mengetahui penjelasan seperti di atas, Anda akan sulit menjawabnya. Namun karena Anda sudah tahu sekarang, maka Anda akan mudah sekali menjawabnya: itu karena hati nurani orang-orang sebetulnya paham kalau dua kemungkinannya sama-sama salah, tetapi berbuat salah kepada semua orang lebih jahat daripada berbuat salah kepada satu orang pengembangnya saja, maka mereka memutuskan berbagi saja (terjebak jatuh pada pelanggaran janji). Intinya, Anda paham lebih jelas lagi kalau mematuhi lisensi nonfree software itu lebih salah daripada kesalahan melanggarnya saja. Tidak bisa lagi Anda mengatakan mematuhi lisensi nonfree software itu OK.

Kesalahpahaman Menjadi Jelas

Di antara sebab kekeliruan dalam masalah perjanjian software ini adalah karena kebanyakan orang salah menganggap nonfree software itu free software. Yang benar adalah tidak sama, nonfree software itu nonfree, tidak sama dengan free software. Mengapa orang bisa salah paham? Ya, karena mereka berperilaku terhadap nonfree software (seperti Windows dan Photoshop) dengan membagikan salinan-salinannya baik dengan atau tanpa perubahan baik dengan atau tanpa biaya. Perilaku demikian adalah bukti bahwa orang menganggap nonfree software tersebut free, yaitu bebas untuk dibagikan dan bebas diubah. Ini salah karena nonfree software tersebut tidak bebas, mereka melarang pengguna berbagi dan mengubahnya. Software yang melarang Anda membagikan dan mengubahnya adalah tidak bebas. Kesalahan ini terjadi pada semua sektor perkomputeran di masyarakat kita akibat tidak adanya penjelasan bedanya nonfree dari free software. Maka jelaslah adanya kesalahpahaman umum yaitu gagalnya orang membedakan nonfree dan free software.

Nonfree Software Itu Masalah

Maka jelas bahwa nonfree software itu tidak bisa diterima oleh semua orang karena merupakan masalah sosial serius. Nonfree software itu memecah belah masyarakat (“keep them divided”) dan membuat masyarakat tidak berdaya (“make them helpless”). Pecah belah karena orang tidak boleh berbagi, tidak berdaya karena orang tidak boleh mengubah. Tiap-tiap pengguna nonfree software selalu dalam posisi tidak berdaya. Maka nonfree software itu bukan solusi, tetapi sumber masalah, karena dia antisosial anti-masyarakat. Menepati perjanjiannya membuat Anda antisosial, sedangkan melanggar perjanjiannya membuat Anda bersalah. Tidak ada yang benar. Maka sekarang Anda tahu kalau nonfree software itu bukan kawan Anda.

Solusinya Juga Jelas

Solusinya adalah tidak menerima nonfree software. Jelas sekali.

Anda perlu menolak tiap-tiap nonfree software yang ditawarkan dan tidak menerima perjanjiannya sebelum Anda berjanji. Anda perlu menghapus tiap-tiap nonfree software (seperti Microsoft Office dan Google Chrome) yang Anda gunakan. Di lain pihak, tiap-tiap pengembang nonfree software termasuk pembuat hardware semacam Nvidia harus merilis ulang setiap produk mereka sebagai free software. Jika tidak, mereka mendistribusikan software antisosial yang merugikan masyarakat.

Solusinya tidak berhenti di situ. Kebanyakan orang tidak tahu kalau selain nonfree software, ada free software, satu golongan software yang tidaklah proprietary yang memberi pengguna hak penuh untuk berbagi dan mengubahnya. Tidak seperti nonfree software, tiap-tiap free software bebas digunakan tanpa batas waktu dan tanpa batas bidang apa pun. Maka dengan free software inilah baru Anda bisa berperilaku seperti hidup Anda biasanya yaitu saling berbagi software dengan orang lain. Maka solusinya juga jelas, Anda perlu menggantikan nonfree software yang Anda tolak dengan free software yang ada. Dengan demikian perkomputeran Anda bersih dari software yang antisosial anti-masyarakat.

Maka gunakan sistem operasi GNU/Linux yang free, seperti Trisquel, sebagai ganti sistem operasi Windows yang nonfree. Maka gunakan program LibreOffice dan Inkscape yang free, sebagai ganti program Microsoft Office dan CorelDRAW yang nonfree. Maka ajarkan mahasiswa Anda Scilab yang free, jangan ajarkan MATLAB yang nonfree. Seterusnya Anda bisa lihat rekomendasi free software dari situs The Directory untuk pengguna Windows juga untuk pengguna macOS.

Di dalam meraih jalan keluar ini Anda akan mengalami kesulitan dan hambatan. Anda tidak akan bisa bermigrasi secara sempurna pada awalnya, melainkan pasti ada kekurangan-kekurangan. Misalnya, masih pakai Windows tetapi sudah berupaya memakai LibreOffice tanpa Microsoft Office, itu sudah bagus dan kemajuan besar (dengan tetap berniat beralih ke GNU/Linux mengingat Windows itu spyware permanen). Maka Anda perlu berniat yang kuat untuk beralih dan terus menjaga dan menyempurnakan kebaikan yang sudah Anda dapatkan. Jangan rendahkan teman yang belum sanggup beralih total sebab posisi mereka sedang dizalimi nonfree software, mereka itu korban bukan pelaku kejahatan, maka bantulah dan dukunglah mereka. Teruskanlah berbagi free software dan free OS ke semua orang.

Beruntungnya Pengguna GNU/Linux

Alhamdulillah, dengan pemaparan di atas, seharusnya kini Anda bisa lebih mensyukuri adanya GNU/Linux semacam Trisquel OS, yang memberi penggunanya puluhan ribu free software yang memenuhi semua kebutuhan perkomputeran yang ada di dunia saat ini. Semua software tidak bebas yang Anda temui di Windows sudah ada penggantinya di GNU/Linux. Dengan kata lain, pengguna GNU/Linux secara umum bersih dari perangkat lunak yang antisosial anti-masyarakat, hak-haknya ditunaikan secara sempurna dan mereka tidak dizalimi oleh pengembang mana pun. Ditambah lagi, betapa tenang hidup pengguna GNU/Linux, yang tidak pernah terkena virus atau malware lainnya, dan tidak butuh antivirus. Betapa beruntung. Semoga tulisan pendek ini mencerahkan dan memberi Anda semua jalan keluar.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

GNU/Linux Memang Perlu Diajarkan Bukan Dibiarkan

Bismillahirrahmanirrahim.

Ada satu pertanyaan yang mengganggu saya beberapa waktu sejak era BengkelUbuntu.org sampai akhirnya saya mengajar di Teknoplasma: bagaimana masyarakat bisa mengoperasikan GNU/Linux? Praktik yang umum saya temukan dilakukan orang-orang (komunitas pengguna GNU/Linux) di Indonesia ialah membiarkan masyarakat belajar sendiri. Singkat kata, sekarang saya percaya kalau praktik itu tidak mungkin, saya sekarang percaya GNU/Linux itu perlu diajarkan dan bukan dibiarkan. Masyarakat perlu diajari GNU/Linux mulai dasar dengan rencana dan pengerjaan yang baik, bukan dipameri semata lalu dibiarkan kesulitan.

Sembari baca, Anda bisa mengunduh GNU/Linux di sini dan LibreOffice di sini.

Komputer Itu Sulit

Bidang komputer adalah bidang yang sulit. Bagi masyarakat kebanyakan, pemerintahan, dan sektor pendidikan, tentu sulit. Komputer juga mahal, masih banyak masyarakat kita yang tidak punya. Oleh karena itu mempelajari komputer sudah merupakan hal yang sulit. Bertentangan dengan keyakinan umum, saya malah percaya sebaliknya, saya percaya kalau orang baru mengatakan Microsoft Windows mudah setelah mempelajarinya bertahun-tahun. Konsep dasar seperti filesystem (bagaimana OS mengelola informasi) dan manajemen paket (bagaimana pengguna memasang program) biasanya tidak dimengerti oleh orang. Kenapa? Singkat, karena komputer itu memang sulit.

Software Freedom Itu Penting

Hak kontrol pengguna terhadap software (disebut “software freedom“) itu penting. Tiap-tiap pengguna komputer berhak atas hak kontrol itu untuk tiap-tiap program yang beroperasi di komputernya. Tanpa hak itu, pengguna tersebut dilanggar haknya, dan ini tidak adil. Masalahnya, mayoritas software di dunia ini tidak bebas (tidak memberi penggunanya software freedom), terutama yang terpopulernya yaitu Windows, MS Office, IDM, MATLAB, dan seterusnya. Oleh karena itu memasyarakatkan GNU/Linux sebagai solusi atas Windows, Free sebagai solusi atas Nonfree Software, adalah perlu, dan sudah sepatutnya. Orang yang melakukannya berarti berbuat baik dan menolong bahkan menyelamatkan masyarakat. Tujuan kita memasyarakatkan GNU/Linux adalah menunaikan software freedom untuk semua masyarakat. Bukan “memberantas pembajakan” (sudah saya jelaskan ini propaganda yang salah). Pemasyarakatan GNU/Linux ini perlu didukung, bukan dihentikan.

GNU/Linux Memang Perlu Diajarkan

Salah apabila ada orang menyangka masyarakat awam bisa mengoperasikan Windows tanpa diajari. Salah juga apabila mereka kira GNU/Linux tidak perlu diajarkan. Anda tidak bisa mengajak orang memakai GNU/Linux tanpa mengajari mereka. Tidak akan bisa. Dengan pengalaman mengajar di Teknoplasma, saya bisa bilang, orang itu perlu sekali dikurangi materi pelajarannya sampai tersisa hanya materi terpenting yang berlaku bagi mereka. Bukan malah dibebani sebanyak mungkin materi yang mereka tidak butuhkan. Untuk ini, jelas, yang mengajarkan itu sendiri perlu pengalaman yang bagus dan banyak, dia perlu bijaksana memahami kebutuhan orang awam dan memberinya hanya yang terpenting hingga dia mandiri. Maka jelas tak ada keraguan lagi GNU/Linux memang perlu diajarkan.

Catatan: masyarakat yang belum sanggup beralih ke GNU/Linux dapat diberi LibreOffice versi Windows untuk berlatih dan merasakan Free Software di sana sebelum mereka sanggup beralih.

Apa Saja yang Penting?

Bagi masyarakat kebanyakan, yang penting pertama mereka memiliki sistem GNU/Linux yang bekerja dengan baik di komputer mereka. Jadi, pertama, OS yang free. Kedua, penting bagi mereka LibreOffice dan komunitasnya; sehingga pertukaran dokumen itu kompatibel di dalam masyarakat. Lebih terperincinya, GNU/Linux itu perlu diinstalkan untuk pengguna; bukan pengguna yang instal sendiri (pengguna Windows pun tidak menginstal sendiri OS-nya). Setelah punya OS yang free, di situlah, pengguna perlu diajari dan didukung memakai LibreOffice.

Sebetulnya dua hal itu saja yang terpenting untuk GNU/Linux desktop. Adapun yang selain itu, seperti multimedia, seperti download manager, seperti programming tools, itu nanti setelah mereka sudah mandiri atau bisa dikerjakan sambil lalu.

Otodidak? Membiarkan?

Maukah Anda mengizinkan orang awam belajar pemartisian tanpa diajari di hard disk Anda? Kalau jawaban Anda tidak, maka benarlah GNU/Linux itu memang perlu diajarkan, bukan dibiarkan.

Otodidak itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang istimewa. Mayoritas orang itu tidak otodidak. Dan tidak akan bisa. Mengasumsikan tiap-tiap orang bisa otodidak itu sama dengan membiarkan tanpa mengajari. Dan itulah yang saya lihat terjadi di komunitas kita: sering kali kita menyuruh orang belajar sendiri, karena kita anggap mereka bisa memilah-milah sendiri mana materi yang penting dan yang tidak. Output dari ini sering kalinya hancur, karena asumsi dasarnya sudah rapuh, yaitu membiarkan GNU/Linux dipelajari sendiri tanpa bimbingan. Silakan bayangkan pemartisian dilakukan oleh orang awam. Dan mereka yang ceroboh menyuruh pemula “googling setiap permasalahan” bisa ditanya dengan pertanyaan di atas. Jadi sekali lagi jelas juga kalau GNU/Linux itu tidak untuk dibiarkan, tetapi diajarkan.

Siapa yang Mau Mengajar?

Hanya orang yang menghargai pentingnya GNU/Linux dan Free Software bagi masyarakat. Kalau orang tidak menganggapnya penting, apalagi justru menganggap antara Windows dan GNU/Linux itu sama saja, itu cuma masalah pilihan, bisa dipilih yang mana saja, tidak akan mengajar. Mereka tidak akan mau mengajari orang mengoperasikan GNU/Linux dan Free Software. Tidak akan pernah, walaupun mereka mampu, walaupun mereka tahu kalau itu hak masyarakat. Lebih parah lagi yang meyakini GNU/Linux itu inferior (lebih rendah, lebih jelek) dibanding Windows; orang macam itu tidak akan mengajar. Bahkan walaupun dibayar. Dengan demikian, adalah sedikit sekali orang yang mampu dan mau mengajar GNU/Linux itu terutama di bidang desktop (bukan server). Maka jelas perlu GNU/Linux diajarkan dan perlu pengajaran itu dihargai dan didukung.

Apa yang Diajarkan?

Bisakah Anda mengajar satu materi dengan satu buku tetapi siswa-siswi Anda memegang buku lain, tiap murid beda buku? Kalau jawaban Anda tidak, maka benar perlunya standardisasi dan kebijaksanaan.

Terakhir, tentu, apa yang diajarkan? Jawabannya, demi memudahkan Anda: tidak berbeda dari Windows. Anda bisa melihat saya mempraktikkan prinsip saya ini dalam 5 ebook yang saya tulis untuk Teknoplasma. Berdasarkan pengalaman saya, inilah 5 materi dasar yang perlu diajarkan kepada tiap-tiap pengguna GNU/Linux.

Kebijaksanaan itu perlu. Tanpa itu, Anda akan ceroboh dalam memberikan materi, sebab GNU/Linux sangat jauh lebih luas dibanding Windows. Ada distro-distro, beraneka ragam, Windows tidak punya. Ada desktop environment, beraneka ragam, Windows tidak punya. Ada berbagai solusi untuk setiap satu masalah, Windows dipenuhi monopoli. Maka teguh memilihkan salah satu solusi dan tidak berganti-ganti adalah bijaksana. Tanpa itu, pembelajaran akan sulit sekali bagi pembelajarnya.

Guru GNU yang baik akan memilihkan salah satu distro bagi muridnya dan mengajarinya sampai bisa. Guru yang bijaksana tentu tidak membiarkan muridnya kebingungan memilih di antara ratusan distro, belasan desktop environment, belasan package manager, ribuan paket software, ribuan solusi berbeda. Sekali lagi, tujuan kita ialah menunaikan software freedom untuk semua masyarakat.

Jangan Biarkan

Sebagai penutup, saya ajak Anda mempelajari GNU/Linux dan LibreOffice. Buat Anda yang sudah mahir, saya ajak Anda mengajarkan software freedom, pengoperasian GNU/Linux, dan pengoperasian LibreOffice. Bila Anda mampu, ajakan juga free software yang lain untuk masyarakat. Kita tolong, kita selamatkan masyarakat dengan perangkat lunak bebas dan kita akhiri perangkat lunak tidak bebas. Jangan biarkan GNU/Linux tidak diajarkan ke masyarakat.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.