Melihat Masalah Hardware Lebih Jelas dari Kasus NVIDIA

Bismillahirrahmanirrahim.

Para pembeli NVIDIA GeForce itu adalah korban. Ketika mereka memakai sistem operasi GNU/Linux, barulah mereka merasakan sakitnya, hanya saja mereka belum paham. Masalah apakah ini? Inilah masalah hardware yang tidak menunaikan hak penggunanya, yaitu tidak menyerahkan kode sumber dari firmware dan drivernya, sehingga pengguna rugi. Kebanyakan pengguna NVIDIA salah paham sehingga menyerang para pengembang GNU/Linux (termasuk pengembang X11, Nouveau, sampai Sway sekalipun) karena mereka kira yang menzalimi itu para pengembang GNU/Linux tersebut. Mereka menilai dengan cara menilai mereka yang belum berdasarkan bukti bahwa pengembang GNU/Linux tidak menunaikan hak mereka untuk menjalankan hardware (NVIDIA itu tadi). Saudara sekalian, ini salah paham, yang tidak menunaikan hak pengguna itu bukan para pengembang GNU/Linux, tetapi pihak NVIDIA. Bila Anda menuntut, Anda harus menuntut NVIDIA, sebab NVIDIA yang tidak menunaikan hak Anda dan bukan pengembang GNU/Linux. Anda membeli hardware itu dari NVIDIA, bukan dari pengembang GNU/Linux, maka tanggung jawabnya ada di NVIDIA bukan di GNU/Linux. Teruskanlah membaca sampai akhir tulisan ini.

Dituduh Secara Batil Itu Tidak Enak

Saya bisa memberi Anda contoh dari seorang pengembang Sway (program komputer) yang merasa dizalimi oleh para pengguna NVIDIA yang dengan keras menuntut dirinya menunaikan hak yang bukan tanggung jawab dia. Tuntutan ini salah alamat. Dia mengungkapkan keberatan yang sangat keras atas tuntutan itu bahkan dia mengutuk NVIDIA di dalam tulisannya. URL tulisannya pun sudah mengungkapkan kutukan tersebut.

Kenapa? Kenapa seperti itu?

Karena dituduh secara batil itu tidak enak. Anda semua dan saya juga tidak mau dituduh secara batil. Tuduhannya seperti tadi, si pengembang Sway ini dituduh secara salah yaitu tidak menunaikan hak-hak pengguna NVIDIA. Para pembeli NVIDIA tersebut memaksa si pengembang Sway bekerja keras untuk mereka, tanpa memberinya uang sepeser pun (padahal dia berhak menerimanya), tapi penuntut itu memberi NVIDIA uang yang banyak sekali dengan membeli produknya (yang melanggar hak mereka). Jelas saja dia marah sekali dituduh seperti itu dalam keadaan dia salah satu orang yang paling getol berupaya membantu para pengguna NVIDIA di seluruh dunia dan Sway yang dia buat adalah bukti nyatanya. Tentu Anda dan saya juga tidak mau dituduh bersalah apalagi dituntut untuk barang yang kita tidak menjualnya bahkan kita tidak pernah kenal para pembeli tersebut.

Bagaimana orang bisa salah tuduh?

Jawabannya ada di dalam kutukan si pengembang Sway itu. Dialah orang yang paling tahu bahwa pelaku kejahatannya itu pihak NVIDIA. Seharusnya, NVIDIA menunaikan hak-hak pembeli kartu vga-nya dengan memberi mereka kode sumber lengkap dari firmware dan drivernya. Sepatutnya, dan mereka benar-benar mampu, NVIDIA bekerja sama dengan pihak pengembang kernel Linux, X11, Mesa, dan juga Sway, sebagaimana Intel* dan AMD* juga bekerja sama. Karena NVIDIA tidak melakukannya bahkan bersikeras menentang itu semua sejak dulu sampai sekarang, akhirnya para pembeli vga yang tidak tahu apa-apa tidak bisa menemukan siapa yang salah ketika VGA mereka tidak berfungsi. Yang paling dekat yang bisa mereka salahkan ialah pengembang GNU/Linux. Kebanyakan orang memang dengan entengnya menyalahkan pihak GNU/Linux dalam masalah ini padahal seharusnya NVIDIA yang disalahkan. Demikian terjadinya salah tuduh.

Dari satu korban ke korban yang lain

Anda sudah lihat tulisan si pengembang Sway di atas? Apa itu? Itulah kutukan seseorang yang menjadi korban. Korban yang satu ini adalah akibat dari adanya korban pertama, yaitu para pembeli NVIDIA. Asal muasalnya adalah dari kesalahan pihak NVIDIA yang mem-proprietary-kan (me-nonfree-kan) firmware dan driver-nya. Kalau memang vga itu sudah dibeli oleh pembeli ya sudah seharusnya Anda tunaikan seluruh softwarenya, wahai NVIDIA. Perbuatan Anda telah menjatuhkan para pembeli Anda sebagai korban, yang mereka putus asa, kemudian mereka menjatuhkan pihak lain yang tidak bersalah (seperti pengembang GNU/Linux dan Sway) sebagai korban berikutnya. Saya harap semua orang waspada terhadap NVIDIA mulai hari ini juga.

Tahukah Anda tentang hardware?

Saya hendak membantu para pengguna NVIDIA untuk mencermati masalah ini dengan benar dan tenang sehingga tercapai solusi. Saya juga ingin membantu semua orang yang jujur ingin menggunakan Free Software dan GNU/Linux untuk menemukan hardware terbaik yang menunaikan hak penggunanya. Untuk itu, kita semuanya harus tahu hal-hal mendasar tentang hardware.

  • Ada yang namanya hardware, ada yang namanya sistem operasi (OS), ada firmware, dan ada driver.
  • Ada pabrik hardware (yang menjual), ada pembeli hardware (Anda, pembeli), ada pengembang sistem operasi (misalnya pengembang GNU/Linux).
  • Contoh hardware itu di antaranya video graphic adapter (VGA), wireless lan (WLAN), printer, dan scanner.
  • Hardware diperoleh dengan cara dibeli dari pabriknya.
  • Hardware berfungsi pada komputer dengan dikendalikan oleh sistem operasi.
  • Tiap-tiap hardware tidak bisa beroperasi tanpa firmware dan driver.
  • Tiap-tiap pabrik hardware seharusnya menyerahkan hardware disertai firmware dan driver pada setiap pembeli.
  • Hardware yang kurang salah satu firmwarenya atau drivernya tidak bisa dikendalikan oleh sistem operasi alias tidak berfungsi.
  • Kenyataannya: mayoritas hardware di muka bumi hanya dijual hardware-nya, tetapi firmware dan/atau drivernya tidak diserahkan kepada pembeli.

Tahukah Anda tentang firmware dan driver?

Driver doang tidak cukup. Untuk bisa berfungsi, VGA juga perlu firmware. Demikian juga semua hardware lainnya. Jangan tertipu dengan promosi “driver kami sudah free software” karena Anda harus pastikan firmware-nya juga free software. Keduanya adalah hak pengguna. Secara garis besar dapat Anda pahami driver itu software yang beroperasi di dalam OS, sedangkan firmware beroperasi di dalam hardware.

Faktanya, memang, banyak vendor hardware memberi penggunanya firmware maupun driver tetapi dalam bentuk blob dan binary code. Bentuk source code tidak pernah diberikan ke pengguna. Anda bisa temukan blobs dan binaries itu di repositori ‘nonfree’ milik Debian, di repositori ‘restricted’ milik Ubuntu, di ‘AUR’ milik Arch, di ‘non-oss’ milik openSUSE, dan di lain-lain. Apakah ini menunaikan hak pengguna? Apakah dengan ini masalah selesai? Pertama, terhadap proyek-proyek distro tersebut kita berprasangka baik karena mereka sudah berupaya menolong kita semua. Hanya saja, faktanya juga, ini tidak menyelesaikan masalah (tidak menunaikan hak Anda) dan membikin masalah baru (karena software macam itu tetap tidak bisa diubah dan dilarang dipelajari). Kebanyakan hardware tetap tidak berfungsi dan cacat dengan blobs dan binaries tersebut.

Apa yang seharusnya terjadi? Apa yang sesungguhnya terjadi?

Yang seharusnya terjadi: Anda beli NVIDIA GeForce maka pihak NVIDIA memberi Anda kode sumber firmware dan driver yang bebas bagi Anda. Maka vga itu berfungsi di GNU/Linux secara sempurna.

Yang sesungguhnya terjadi: Anda beli NVIDIA GeFore tetapi pihak NVIDIA tidak memberi Anda kode sumber firmware dan tidak pula kode sumber driver untuk Anda. Maka vga itu gagal fungsi di GNU/Linux.

Lihat bedanya. Seharusnya jelas sekarang yang tidak bertanggung jawab di sini adalah pihak NVIDIA. Maka pihak GNU/Linux tidak ada hubungannya sama sekali jadi tidak bisa kita salahkan, Saudara-saudara.

Bagaimana contoh cacatnya?

Langsung saja Anda lihat sendiri:

  • Daya baterai laptop cepat habis
  • Penampilan layar monitor buruk atau tidak sesuai yang seharusnya
  • Screen tearing, glitch, atau apalah istilahnya yang seharusnya tidak terjadi
  • X11, Wayland, Sway, atau program apalah itu menjadi tidak berfungsi padahal seharusnya berfungsi
  • Pengguna tidak bisa mengendalikan fitur dari VGA yang sudah dibelinya sendiri, seperti, nyala kipas dan kecepatan prosesnya padahal seharusnya bisa

Sebabnya hanya satu yaitu karena si NVIDIA belum menunaikan hak si pembeli vga tersebut. Tidak ada hubungannya dengan GNU/Linux sebab segala hardware bisa beroperasi di GNU/Linux dengan syarat ada firmware dan ada drivernya.

Kerja Sama

Yang dimaksud kerja sama adalah kerja sama antara pihak pembuat hardware (seperti NVIDIA) dengan pihak pengembang software (seperti proyek GNU/Linux, proyek X11, dan proyek Mesa, dan juga Sway). Pada dunia software, yang namanya kerja sama itu unik sekali. Lebih mudah daripada di dunia nyata. Yaitu bisa dilakukan dengan cara-cara berikut:

  • NVIDIA membuka seluruh spesifikasi hardware yang dibutuhkan oleh tiap-tiap pengembang software
  • NVIDIA ikut mengembangkan software yang disebutkan di atas (Intel dan AMD sudah melakukan itu*)
  • NVIDIA memberi izin dan tidak mencegah pihak lain untuk membuat software yang berkaitan dengan produk hardwarenya (Intel dan AMD melakukan itu*)

Yang jadi masalah NVIDIA tidak melakukannya sama sekali. Maka walaupun Anda beli semua vga NVIDIA sekalipun, semuanya adalah cacat, karena Anda tidak diberi hak Anda dan juga Anda dilarang bahkan dicegah untuk membuatnya sendiri. Lihatlah artikel si pengembang Sway di atas. Itulah sebabnya saya sebut di kalimat pertama “Pengguna NVIDIA adalah korban”.

Pelajaran yang dipetik

Pelajarannya sama seperti peribahasa komunitas free software: bahwa tiap-tiap software yang dipublikasikan seharusnya bebas. Bila tidak bebas, maka software itu menzalimi penggunanya. Lihatlah kasus di atas. Persis itu dengan peribahasa ini.

Pelajaran berikutnya adalah Anda harus waspada mayoritas hardware di bumi ini tidak menunaikan hak penggunanya. Mayoritas hardware tidak memberi Anda firmware dan driver yang seharusnya Anda terima. Itu kecurangan besar yang merugikan Anda penggunanya. Bayangkan saja Anda beli sepeda motor, tetapi tidak menerima kuncinya dan tidak boleh membuatnya sendiri, ya itu sepeda motor tidak berfungsi, tentu Anda marah. Sama juga hardware, Anda terima barangnya saja, tapi “kuncinya” yaitu kode sumber dari firmware dan driver tidak, ya hardware Anda tidak bekerja. Pahami ini baik-baik dan selalu waspada.

Jangan menganggap hardware yang menunaikan hak pengguna itu sama dengan hardware yang tidak. Tidak sama hardware yang menzalimi pengguna dengan yang adil.

Mencari hardware yang bebas

Kabar gembiranya, ada hardware yang menunaikan hak penggunanya. Hardware yang bebas di sini maksudnya bebas dari nonfree software dan 100% kompatibel dengan sistem operasi free software. Hardware yang bebas tidak seperti NVIDIA, dia bisa beroperasi sempurna pada GNU/Linux bahkan tanpa instal program tambahan. Jangan merasa kaget. Anda sendiri punya hardware semacam itu yang namanya USB Flash Disk. Itu contoh hardware yang bebas karena firmware dan hardware sudah ditunaikan untuk Anda. Bagaimana dengan yang lain? Bagaimana dengan VGA, WLAN, printer, scanner, dan lainnya? Kabar gembira untuk Anda, sekarang kita bisa mencari informasi hardware yang bebas di https://h-node.org. Sebelum beli hardware, cari dulu di h-node agar Anda tidak ditipu.

Contoh hardware yang dijamin menunaikan hak pengguna

Sudah ada sertifikasi yang menjamin laptop dan hardware tertentu sepenuhnya menunaikan hak pengguna. Sertifikasi itu namanya Respects Your Freedom (RYF) yang diasuh oleh Free Software Foundation (FSF). FSF adalah organisasi yang mengasuh h-node.org di atas. Di antara laptop yang telah disertifikasi sebagai RYF adalah Lenovo ThinkPad X200 yang dijual oleh toko Technoethical, Minifree, Vikings, dan Libiquity. Di antara WLAN yang disertifikasi RYF adalah TPE-N150USB dari ThinkPenguin. Semua ini terjamin 100% beroperasi di GNU/Linux dengan free software dan tidak akan menyeret Anda kepada nonfree software. Inilah hardware paling baik di dunia saat ini yang bisa saya rekomendasikan untuk semua orang.

Solusi untuk kita semua

  • Pertama, bersabarlah dengan hardware yang telah Anda punyai sekarang dengan GNU/Linux dan free software yang ada.
  • Kedua, selalu waspada dan pastikan informasi yang benar setiap hendak membeli laptop baru atau hardware baru. Jangan terpaku pada spesifikasi teknis saja, lebih perlu diperhatikan hak Anda itu ditunaikan apa tidak.
  • Ketiga, berpikirlah dengan tenang dan jangan mudah menuntut pihak lain di bidang komputer apalagi yang tidak bersalah.

Catatan

Kendati saya menyebutkan Intel* dan AMD* di atas, perlu diketahui, saya menyebutkan demikian berdasarkan artikel pengembang Sway tersebut. Di luar itu, sebenarnya Intel dan AMD tidak kalah bermasalahnya dengan NVIDIA dalam perkara hardware. Lihatlah kecaman dan peringatan di situs Libreboot Project. Tidak kalah bermasalah lagi Broadcom yang juga dikutuk dalam tulisan dia dan pernah saya singgung berulang kali di Restava ini. Saudara sekalian, saya harap Anda bisa lebih menghargai pentingnya sertifikasi RYF dan proyek-proyek semisalnya. Saya harap Anda lebih menghargai pentingnya https://h-node.org dan hardware yang bebas bagi para pembelinya.

Ayo bantu saya sadarkan teman Anda

Bantulah saya memahamkan perkara ini kepada teman-teman Anda. Kita perlu memberikan pengertian agar informasi yang mereka terima itu benar dan keputusan yang diambil tidak salah alamat. Jangan sampai ada salah tuduh lagi. Jangan sampai ada korban lagi. Bila Anda pengguna NVIDIA, di antara hal yang bisa Anda lakukan sebagai pembeli tentu menulis surat ke NVIDIA untuk meminta hak Anda. Itu hak Anda dan hanya NVIDIA yang punya tanggung jawab menunaikannya. Kami komunitas GNU/Linux tidak bertanggung jawab atasnya. Tolong bantu saya sebarkan kesadaran ini ke orang lain. Terima kasih.


Tulisan ini berlisensi CC BY-SA 3.0.

Mengunduh Fedora Silverblue

Bismillahirrahmanirrahim.

https://torrent.fedoraproject.org

https://torrent.fedoraproject.org/torrents/Fedora-Silverblue-ostree-x86_64-29.torrent

Akhir-akhir ini saya tertarik dengan “OSTree” dan ingin tahu distro GNU/Linux yang memakainya. Ternyata, distro yang paling maju dalam penerapan OSTree ini adalah Fedora Silverblue (varian Silverblue dari distro Fedora). Kalau Anda baca situsnya, Anda akan berhadapan dengan istilah asing seperti “OSTree”, “immutable”, “Flatpak”, “tanpa manajer paket”, dan seterusnya. Sederhana saja: Silverblue itu distro GNU/Linux yang dipisahkan antara ruang sistemnya (tak bisa diubah/”immutable”) dan ruang aplikasinya (bisa diubah). Untuk membuat pemisahan itu maka teknologi yang bernama “OSTree” tadi dipakai. Mengenai hal-hal lain seperti “rpm-ostree” dan selanjutnya tidak saya bahas di sini.

Distro-distro lainnya tidak seperti ini dan belum mengarah ke sini* sama sekali. Tujuannya, nanti, kita memutakhirkan segala macam aplikasi maupun sistem itu secara aman dan tidak seperti pada distro normalnya: setiap upgrade bisa di-undo (dikembalikan seperti semula) dan rusaknya aplikasi tidak akan pernah merusak sistem (sebab sudah dipisah ruangnya). Menarik, bukan?

Lalu apa hubungannya dengan “tanpa manajer paket”? Hubungannya dekat. Bandingkan saja dengan Ubuntu yang menginstal aplikasinya pakai manajer paket “APT”, Fedora original pakai “DNF”, CentOS pakai “YUM”, dan seterusnya. Normalnya, setiap distro punya manajer paket dan software diantarkan ke pengguna secara terpaketkan (yaitu memakai aturan manajer paket). Fedora Silverblue tidak begitu. Silverblue hanya memakai Flatpak: metode distribusi software modern yang berlaku untuk segala distro.

Jadi singkatnya, Fedora Silverblue ini sebuah GNU/Linux dengan sistem berkas OSTree dan manajemen software Flatpak. Tentu ini menarik sekali untuk dicoba.

(*) Pada saat yang sama, sebenarnya ada distro lain dengan kombinasi OSTree + Flatpak yang bernama EndlessOS. Perbedaannya ialah antara Separuh-OSTree dengan Sepenuhnya-OSTree (Silverblue dan EndlessOS, berurutan).