Bismillahirrahmanirrahim.
Saya selalu menggunakan Ubuntu. Sebelumnya tidak pernah menggunakan Debian. Ketika saya mengetahui ternyata paket-paket di dalam gNewSense baik versi 3 atau 4 sangat lawas, saya mencoba mencari repositori yang kompatibel yang versi paket-paketnya lebih baru. gNewSense adalah sistem operasi keturunan Debian. Maka yang terbayang di pikiran saya hanya saya akan mencoba repositori Debian. Mungkin saya akan mencoba sid, repositori Debian versi rolling release yang isinya paling baru dibanding repositori lain. Mungkin juga saya akan coba testing, mungkin saya akan coba stable. Mungkin saya akan mencoba mengenal Debian lebih dekat dari asosiasi antara angka 6, 7, 8 dengan nama Squeeze, Wheezy, Jessie. Saya tidak takut sistem rusak karena saya bisa instal ulang kapan saja. Terima kasih untuk Kang Juang Nakarani.
Setelan sources.list oleh saya di gNewSense 4 saya kemarin adalah seperti ini:
deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia main deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia-updates main deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia-security main
Saya sempat menggantinya seperti ini
deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia main deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia-updates main deb http://archive.gnewsense.org/gnewsense/gnewsense/ ucclia-security main deb http://ftp.debian.org/debian sid main
hanya demi memperoleh GNU C Library versi lebih baru dari 2.13 yang terinstal bawaan di gNewSense 4. Saya memerlukan itu untuk menjalankan sebuah program komunikasi internet. Singkat cerita dengan repositori Debian sid yang saya pakai di gNewSense, saya berhasil menginstal GNU C Library dan berhasil pula menjalankan program tersebut.
Saya karena tidak pernah mencoba Debian, ingin mencoba repositori-repositori Debian yang ada dari stable, testing, sampai sid. Sid punya nama lain unstable. Saya ingin melakukan upgrade terhadap sebuah program yang versinya terlalu lawas saya nilai, maka saya mencoba-coba repositori yang ada satu per satu. Semua ini saya lakukan dengan kesadaran penuh bahwa saya melanggar larangan Debian <em>jangan mencampur repositori berbeda rilis</em>
. Saya sengaja demi mengetahui konsekuensi apa yang saya peroleh jika saya upgrade program tersebut. Singkat cerita, terjadi dependency hell sedikit dan saya coba lagi ubah-ubah repositori lain. Akhirnya saya berhasil memperoleh “sudut meriam” yang bagus di repositori Debian testing lalu saya berusaha menginstal pemutakhiran itu dengan memakan data sekitar 400 MB. Singkat cerita saya melakukan restart dan saya dapati gNewSense saya gagal login ke sesi X dengan problem pada X.Org yang gagal start. Salah satu dugaan saya, di sana ada paket yang belum selesai diinstal atau dikonfigurasi oleh dpkg saat pemutakhiran tersebut berlangsung. Saya melakukan restart itu dengan kesadaran penuh bahwa sistem saya akan error.
Saat ini, setelah beberapa percobaan perbaikan saya kerjakan dengan melihat internet di hape, gNewSense saya tetap error. Akhirnya saya instal ulang dan posting ini saya tulis di gNewSense 4 yang baru diinstal. GNU C Library saya kembali ke versi 2.13. Namun tidak mengapa untuk saya. Saya sangat senang sudah bisa berkenalan dengan Debian.
Pelajaran penting yang saya peroleh di sini adalah perkenalan saya dengan repositori-repositori Debian yaitu stable, testing, dan unstable. Saya juga berkenalan dengan repositori Debian jessie yakni nama alias repositori stable yang sekarang. Saya juga belajar bahwa nanti kalau saya dapat kesempatan internetan lagi, saya ingin langsung upgrade gNewSense saya secara total kepada Debian sid agar saya bisa menikmati paket-paket baru. Mungkin itu, mungkin juga repositori lain.