Bismillahirrahmanirrahim.
Yang bisa menggunakan Linux hanyalah orang-orang yang nriman (Jawa: bersifat menerima).
Bismillahirrahmanirrahim.
Yang bisa menggunakan Linux hanyalah orang-orang yang nriman (Jawa: bersifat menerima).
Bismillahirrahmanirrahim.
Dampak buruk pembajakan software adalah hilangnya lapangan kerja. Kita sering mendengar orang mengeluhkan susah cari kerja. Jika mau ditelusuri, sebenarnya sebabnya banyak. Salah satunya pembajakan software. Windows, Microsoft Office, Photoshop, CorelDRAW, Transtool, SmadAV Pro, semua software komersial dibajak di sini. Biar mudah dimengerti, ingat bahwa pembuatan software itu juga lapangan pekerjaan. Jika software (baca: produk) dibajak, maka dari mana mereka mendapat nafkah? Di situlah kejahatan pembajakan software membawa dampak yang sangat buruk. Apa? Hilangnya lapangan pekerjaan. Ya, orang-orang akhirnya mengeluh susah cari kerja.
Tentu dampak buruk pembajakan software tidak hanya itu. Yang lainnya seperti:
Bismillahirrahmanirrahim.
Pindah OS itu artinya pindah ekosistem, bukan pindah habitat. Ekosistem lebih besar dari komunitas, komunitas lebih besar dari habitat. Makanya sulit. Orang banyak yang menganggapnya enteng aja. Tidak benar itu.
Bismillahirrahmanirrahim.
Tulisan ini adalah jawaban saya dari percakapan dengan D Azka Abdillah. Terima kasih, Kang.
Bismillahirrahmanirrahim.
Tulisan ini bertugas merangkum solusi-solusi yang sudah dikerjakan rekan-rekan komunitas semuanya.
Linux asing. Itulah masalah kita yang sebenarnya. Bacalah artikel Linux, Ya dan Tidak sebelumnya dan kesampingkan semua poin selain poin 1. Maka sementara kita terima bahwa permasalahan pertama kita adalah masyarakat tidak mengenal Linux. Baca lebih lanjut
Bismillahirrahmanirrahim.
Bismillahirrahmanirrahim.
Di Indonesia ini, ada orang-orang yang antusias mengajarkan Linux. Mereka dengan sukarela berusaha supaya masyarakat bisa menggunakan Linux. Orang-orang ini tanpa pamrih mengusahakan segala hal yang terbaik. Sebaliknya, di Indonesia juga, lebih banyak orang yang tidak antusias dengan pengajaran tersebut. Sehingga orang-orang yang sudah antusias mengajar menjadi hilang. Tidak hanya semangatnya, tetapi juga keberadaan dari komunitas. Pada banyak kasus, karya-karyanya juga ikut hilang tanpa jejak.
Ini bukan syair Chairil. Ini sifat yang saya berikan untuk sukarelawan yang terpaksa putus dari usahanya. Bukan maunya mereka untuk berhenti, tetapi keadaan yang memaksa. Ada yang putus total, ada yang putus semu (masih bisa dilihat tetapi hakikatnya sudah tiada). Di antara yang putus total adalah proyek PANDU, wiki linux.or.id, Trustix Merdeka, si legenda Zencafe, wiki ubuntu-id, Pudja Mansyurin dari tutorialnya, dan banyak sekali lainnya. Di antara yang putus semu adalah Tahutek.net, Kuliax, dan lain-lain. Terima kasih kami haturkan kepada mereka semua. Dedikasi yang begitu besar telah banyak membantu kami.
Ini bukan tombol di kibor Anda. Ini sifat yang saya berikan untuk para sukarelawan yang konsisten berusaha selama bertahun-tahun tanpa putus. Sifat yang mirip Linux itu sendiri, uptime 100% tanpa downtime. Sifat stable yang luar biasa. Ada beberapa orang yang seperti itu di Indonesia. Di antaranya setiap orang yang ada hubungan langsung dengan vlsm.org, bebas.vlsm.org, kambing.ui.ac.id, kebo.vlsm.org, linux.or.id, planet Ubuntu Indonesia, FUI, opensource.telkomspeedy.com, milis tanya-jawab, milis id-slackware, dan beberapa lainnya. Selain dedikasi yang besar, salah satu faktor pentingnya adalah keberuntungan. Jangan dikira orang-orang yang saya sebut di Yang Putus adalah orang yang tidak punya dedikasi. Mereka punya, tetapi keberuntungan tidak berpihak padanya waktu itu.
Tulisan ini sejatinya ditulis untuk yang baru. Mereka ini orang-orang yang antusias mengajar Linux pada era 2014 ke atas (ditandai munculnya Ubuntu 14.04). Dengan cara apa pun yang mereka bisa semisal jual DVD, menulis tutorial, menyediakan hosting, membuat program, membuat distro baru, membuat komunitas baru, dan sebagainya. Belajarlah dari orang-orang sebelum kita. Orang yang antusias dan terhenti, serta orang yang antusias dan tak terhentikan.
Jangan cepat berpaling dari orang-orang yang mengkritik. Jika kritik diberikan dalam hal marketing, perhatikanlah. Kita teknisi, bukan marketer. Maka harus banyak belajar. Jika kritiknya dalam hal kontinuitas, perhatikanlah. Ide-ide segar bisa muncul dari siapa saja. Terutama dari orang yang sudah membuktikan kontinuitas usahanya bertahun-tahun.
Jangan ragu untuk be profitable. Karena kita hidup tidak di luar sana, tapi di Indonesia. Kita mesti menghadapi kenyataan ekonomi. Yang di rumah sendiri saja belum mesti, apalagi di proyek yang ditujukan untuk orang banyak dan nonprofit. Tidak ada masalah dengan berjualan atau berusaha yang lain menghidupi proyek. Bahkan proyek itu sendiri dikomersialkan juga bagus. Malah brilian, karena bisa memperlama masa hidupnya, kemudian memperlama masa layanan ke masyarakat akhirnya. Hal yang semacam ini layak diperhatikan dalam-dalam.
Orang memanah itu, menyiapkan panahnya dan melihat pada sasaran dengan saksama. Namun banyak orang yang antusias, menyiapkan panah tetapi tanpa melihat sasaran. Akhirnya anak panah melesat tetapi salah sasaran. Yang ini sudah sering terjadi. Malah, ada lagi yang tidak menyiapkan panahnya sama sekali dan langsung ingin menembak. Tidak untuk sasaran dia menjatuhkan, tidak untuk diri sendiri dia menguntungkan. Rugi dua. Lalu bagaimana supaya tidak rugi? Supaya antusiasme kita tepat sasaran?
Ya sederhana saja. Pelajari dulu target kita. Siapa, di mana, apa, kapan, mengapa, dan bagaimana. Target kita itu siapa (umur, status, kemampuan memahaminya). Target kita itu butuhnya paling besar, apa (materinya). Kita bisa serahkan di mana (forumnya, komunitasnya). Kapan diserahkan (saat ada pertanyaan). Mengapa dibutuhkan, mengapa kita menyediakan (psikologi pasar, statistik kebutuhan). Bagaimana kita menyampaikan, bagaimana mereka menerima (realita, ukuran keberhasilannya). Baru setelah itu panah punya kemungkinan mengenai sasaran. Jangan wis banter tibake salah.
Pengajaran Linux selama ini hanya berkutat pada teks. Karena itu memang fitrah alamiah UNIX. Namun masyarakat kita jauh dari itu, minat bacanya tidak besar. Antusiasmenya kurang. Lalu bagaimana? Cobalah menciptakan antusiasme itu sendiri. Seperti ekonomi, carilah kebutuhan masyarakat dan jika tak ada maka ciptakanlah kebutuhan.
Jika kita menetap di pendirian UNIX, teks, maka buatlah terus menerus tutorial yang lebih mudah dipahami. Usaha untuk membuat teks tutorial yang mudah dimengerti adalah proses yang lama, tidak bisa terjadi dalam satu kali menulis. Bisa saja satu topik yang sama dijadikan tiga atau lebih tulisan dengan versi baru lebih mudah dipahami dari sebelumnya. Kemampuan menulis juga ikut berkembang seiring bertambahnya pengalaman menulis. Walau satu topik yang sama. Sedangkan Linux itu punya ribuan lebih topik. Mayoritasnya belum ada dalam Bahasa Indonesia.
Jika ingin beradaptasi dengan kondisi masyarakat, buatlah tutorial dalam bentuk lain. Contoh kasusnya adalah masyarakat Indonesia terlalu bergantung pada televisi. Maka cobalah membuat tutorial dalam bentuk video. Pasarkan melalui Youtube atau paketan DVD. Masyarakat lebih mudah menyerap pelajaran pada media yang mereka sering gunakan. Yakni video (baca: televisi). Di sisi pembuatannya, video lebih mudah dibuat karena tidak ada proses penulisan yang dibutuhkan. Cukup bicara sembari program screen recorder menyala.
Jangan salah meletakkan antusiasme. Antusiasme berlebihan hanya menjatuhkan, karena kenyataannya antusiasme masyarakat tak sebesar antusiasmemu. Pikirkan kontinuitas, bukan antusiasme di depan belaka.